5. Kota Medan - 1 Juli 1590
Kota
Medan adalah ibu kota provinsi Sumatera Utara, Indonesia. Kota ini
merupakan kota terbesar di Pulau Sumatera. Kota Medan merupakan pintu
gerbang wilayah Indonesia bagian barat dan juga sebagai pintu gerbang
bagi para wisatawan untuk menuju objek wisata Brastagi di daerah dataran
tinggi Karo, objek wisata Orangutan di Bukit Lawang, Danau Toba.
4. Semarang - 2 Mei 1547
Kota
Semarang adalah ibukota Provinsi Jawa Tengah, Indonesia. Semarang
merupakan kota yang dipimpin oleh wali kota Drs. H. Soemarmo HS, MSi dan
wakil wali kota Hendrar Prihadi, SE, MM. Kota ini terletak sekitar 466
km sebelah timur Jakarta, atau 312 km sebelah barat Surabaya, atau 624
km sebalah barat daya Banjarmasin (via udara). Semarang berbatasan
dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Demak di timur, Kabupaten Semarang
di selatan, dan Kabupaten Kendal di barat.
3. Jakarta - 22 Juni 1527
Daerah
Khusus Ibukota Jakarta (DKI Jakarta, Jakarta Raya) adalah ibu kota
negara Indonesia. Jakarta merupakan satu-satunya kota di Indonesia yang
memiliki status setingkat provinsi. Jakarta terletak di bagian barat
laut Pulau Jawa. Dahulu pernah dikenal dengan nama Sunda Kelapa (sebelum
1527), Jayakarta (1527-1619), Batavia/Batauia, atau Jaccatra
(1619-1942), dan Djakarta (1942-1972).
Jakarta
memiliki luas sekitar 661,52 km² (lautan: 6.977,5 km²), dengan penduduk
berjumlah 9.607.787 jiwa (2010). Wilayah metropolitan Jakarta
(Jabotabek) yang berpenduduk sekitar 28 juta jiwa, merupakan
metropolitan terbesar di Indonesia atau urutan keenam dunia.
2. Magelang - 11 April 907 M
Kota
Magelang adalah salah satu kota di provinsi Jawa Tengah. Kota ini
terletak di tengah-tengah kabupaten Magelang. Karena memang dulunya Kota
Magelang adalah ibukota dari Kabupaten Magelang sebelum mendapat
kebijakan untuk mengurus rumah tangga sendiri sebagai sebuah kota baru.
Kota Magelang memiliki posisi yang strategis, karena berada di jalur
utama Semarang-Yogyakarta. Kota Magelang berada di 15 km sebelah Utara
Kota Mungkid, 75 km sebelah selatan Semarang, dan 43 km sebelah utara
Yogyakarta. Kota Magelang terdiri atas 3 kecamatan, yakni Magelang
Utara, Magelang Selatan dan Magelang Tengah , yang dibagi lagi sejumlah
kelurahan.
Hari
Jadi Kota Magelang ditetapkan berdasarkan Peraturan Daerah Kota
Magelang Nomor 6 Tahun 1989, bahwa tanggal 11 April 907 Masehi merupakan
hari jadi. Penetapan ini merupakan tindak lanjut dari seminar dan
diskusi yang dilaksanakan oleh Panitia Peneliti Hari Jadi Kota Magelang
bekerjasama dengan Universitas Tidar Magelang dengan dibantu pakar
sejarah dan arkeologi Universitas Gajah Mada, Drs.MM. Soekarto
Kartoatmodjo, dengan dilengkapi berbagai penelitian di Museum Nasional
maupun Museum Radya Pustaka-Surakarta. Kota Magelang mengawali
sejarahnya sebagai desa perdikan Mantyasih, yang saat ini dikenal dengan
Kampung Meteseh di Kelurahan Magelang. Mantyasih sendiri memiliki arti
beriman dalam Cinta Kasih. Di kampung Meteseh saat ini terdapat sebuah
lumpang batu yang diyakini sebagai tempat upacara penetapan Sima atau
Perdikan.
Untuk
menelusuri kembali sejarah Kota Magelang, sumber prasasti yang
digunakan adalah Prasasti POH, Prasasti GILIKAN dan Prasasti MANTYASIH.
Ketiganya merupakan parsasti yang ditulis di atas lempengan tembaga.
Parsasti
POH dan Mantyasih ditulis zaman Mataram Hindu saat pemerintahan Raja
Rake Watukura Dyah Balitung (898-910 M), dalam prasasti ini
disebut-sebut adanya Desa Mantyasih dan nama Desa Glangglang. Mantyasih
inilah yang kemudian berubah menjadi Meteseh, sedangkan Glangglang
berubah menjadi Magelang.
Dalam
Prasasti Mantyasih berisi antara lain, penyebutan nama Raja Rake
Watukura Dyah Balitung, serta penyebutan angka 829 Çaka bulan Çaitra
tanggal 11 Paro-Gelap Paringkelan Tungle, Pasaran Umanis hari Senais
Sçara atau Sabtu, dengan kata lain Hari Sabtu Legi tanggal 11 April 907.
Dalam Prasasti ini disebut pula Desa Mantyasih yang ditetapkan oleh Sri
Maharaja Rake Watukura Dyah Balitung sebagai Desa Perdikan atau daerah
bebas pajak yang dipimpin oleh pejabat patih. Juga disebut-sebut Gunung
SUSUNDARA dan WUKIR SUMBING yang kini dikenal dengan Gunung SINDORO dan
Gunung SUMBING.
Begitulah
Magelang, yang kemudian berkembang menjadi kota selanjutnya menjadi
Ibukota Karesidenan Kedu dan juga pernah menjadi Ibukota Kabupaten
Magelang. Setelah masa kemerdekaan kota ini menjadi kotapraja dan
kemudian kotamadya dan di era reformasi, sejalan dengan pemberian
otonomi seluas - luasnya kepada daerah, sebutan kotamadya ditiadakan dan
diganti menjadi kota.
Ketika
Inggris menguasai Magelang pada abad ke 18, dijadikanlah kota ini
sebagai pusat pemerintahan setingkat Kabupaten dan diangkatlah Mas
Ngabehi Danukromo sebagai Bupati pertama. Bupati ini pulalah yang
kemudian merintis berdirinya Kota Magelang dengan membangun Alun - alun,
bangunan tempat tinggal Bupati serta sebuah masjid. Dalam perkembangan
selanjutnya dipilihlah Magelang sebagai Ibukota Karesidenan Kedu pada
tahun 1818.
Setelah
pemerintah Inggris ditaklukkan oleh Belanda, kedudukan Magelang semakin
kuat. Oleh pemerintah Belanda, kota ini dijadikan pusat lalu lintas
perekonomian. Selain itu karena letaknya yang strategis, udaranya yang
nyaman serta pemandangannya yang indah Magelang kemudian dijadikan Kota
Militer: Pemerintah Belanda terus melengkapi sarana dan prasarana
perkotaan. Menara air minum dibangun di tengah-tengah kota pada tahun
1918, perusahaan listrik mulai beroperasi tahun 1927, dan jalan - jalan
arteri diperkeras dan diaspal.
1. Palembang - 17 Juni 683 M
Kota Palembang adalah ibu kota provinsi Sumatera Selatan. Palembang merupakan kota terbesar kedua di Sumatera setelah Medan.
Sejarah
Palembang yang pernah menjadi ibukota kerajaan bahari Buddha terbesar
di Asia Tenggara pada saat itu, Kerajaan Sriwijaya, yang mendominasi
Nusantara dan Semenanjung Malaya pada abad ke-9 juga membuat kota ini
dikenal dengan julukan "Bumi Sriwijaya". Berdasarkan prasasti Kedukan
Bukit yang ditemukan di Bukit Siguntang sebelah barat Kota Palembang,
yang menyatakan pembentukan sebuah wanua yang ditafsirkan sebagai kota
pada tanggal 16 Juni 682 Masehi, menjadikan kota Palembang sebagai kota
tertua di Indonesia. Di dunia Barat, kota Palembang juga dijuluki Venice
of the East ("Venesia dari Timur").